Tujuan Hidup Manusia?

Hasil gambar untuk manusia hidupApakah tujuan hidup manusia? Pertanyaan ini sering menjadi bagian dari perbincangan dunia filsafat sepanjang sejarah yang tak ada habisnya. Tapi, Imam al-Ghazali mencoba melukiskan kecenderungan praktis tentang bermacam-macam tujuan hidup manusia, yang dia temukan dalam dunia nyata.
Menurut al-Ghazali, ada empat golongan manusia lengkap dengan tujuan hidup masing-masing. Golongan pertama, adalah mereka yang berpendapat dan mempraktikkan, bahwa hidup itu tidak lain untuk makan mengisi perut. "Mereka makan untuk mencari, dan mencari untuk makan," ujar al-Ghazali. Manusia jenis ini tidak ada yang dipikirkan selain makan, dan baru berhenti jika ajal tiba, lanjut al-Ghazali. Mereka itulah "ahlul buthun", "si jago perut".

Golongan kedua, adalah mereka yang hidup mencari kepuasan nafsu seksual. Golongan ini biasanya erat dengan tipe manusia pertama, hidup untuk memuaskan perut dan seks. "Kebahagiaan" hidup bagi mereka terletak pada dua hal itu, tidak yang lain. Karena itu mereka hidup "lupa diri" terhadap tujuan hidup yang lebih luhur.

Golongan ketiga, adalah manusia-manusia yang hidupnya hanya menumpuk-numpuk harta kekayaan. Tipe manusia ini pun berkaitan erat dengan tipe pertama dan kedua. Kekayaan yang mereka peroleh biasanya hasil dari penimbunan secara berlebihan, disertai hidup kikir, bahkan kikir untuk konsumsi dirinya sekalipun.

Golongan keempat, adalah sekelompok manusia yang gemar mengejar reputasi pribadi yang setinggi-tingginya. Dengan reputasi yang tinggi itu datanglah berbagai kekaguman, pujian, dan penghormatan dari orang lain. Manusia jenis ini bahkan ada yang merasa tidak perlu menjadi seperti golongan yang pertama, kedua, atau ketiga, tetapi "yang penting siang-malam hidup dikagumi banyak orang". "Kenikmatan dan kebahagiaan" hidupnya berada pada sanjungan dan kekaguman orang banyak.

Golongan kelima, adalah manusia-manusia yang hidupnya mengejar kekuasaan dan prestise yang sebesar-besarnya. Tipe manusia ini ada kaitan dengan yang keempat. Ambisi hidupnya tidak lain agar berkuasa dan terhormat sebesar-besarnya, sehingga orang banyak tunduk dan patuh kepadanya. Manusia jenis ini sangat gemar "kursi" alias kedudukan tinggi yang memberikan kekuasaan dan otoritas untuk menguasai orang lain. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, semuanya berada dalam genggaman dirinya. Dan mereka "bahagia" dengan kekuasaan itu, bahkan dikejarnya kemanapun jika itu makin memperbesar kekuasaan itu.

Sebenarnya masih banyak lagi jenis manusia dengan tujuan hidupnya masing-masing yang sangat berorientasi keduniawian. Al-Ghazali menyebutnya sampai tujuh puluh golongan, semuanya tersesat oleh dunia. Hanya satu yang selamat, yaitu yang mengikuti jejak Rasulullah. Sedangkan manusia yang hidupnya berorientasi ke keduniawian semata, bahwa yang menjadi perburuan utama mereka adalah pangan, sandang, papan, dan kedigdayaan  duniawi. Manusia-manusia yang tujuan hidupnya semata-mata mengejar kebahagiaan dan kedigdayaan duniawi di atas, menurut al-Ghazali, sepanjang hidupnya tak akan pernah puas untuk terus memburu keduniawiannya itu. Bermula dari kebutuhan yang biasa, lalu berkembang menjadi keinginan yang tak berkesudahan, yang akhirnya mereka terperosok ke suatu lubang perangkap yang tak mungkin lagi mampu keluar, yakni dipenjara oleh dunia.

Dalam bahasa al-Qur'an, manusia yang hidupnya semata-mata mengejar kehidupan dunia dengan terus menerus mengejarnya, sehingga hidupnya dipenjara dunia dan tak pernah puas dengan keduniawiannya kecuali ajal menghentikannya, dilukiskan dalam surat at-Takatsur: "Bermegah-megahan telah melalaikanmu, sampai kamu masuk ke dalam kubur" (QS. at-Takatsur [102]:1-2).


Termasuk ke dalam golongan manusia yang manakah kita yang mengaku Muslim? Al-Ghazali menawarkan hidup sebagaimana dicontohkan rasulullah dan para sahabatnya tercinta. Seperti apa praktik hidup rasulullah itu? Anda tentu jauh lebih tahu!

Oleh : Dr. Haedar Nashir

Posting Komentar

Back to top